Kajian Organologi Musik Pompang Toraja: Bentuk, Fungsi, dan Makna

  • Sernilia Malino Program Studi Musik Gereja, Institut Agama Kristen Negeri Toraja
  • Zefanya Sambira Program Studi Musik Gereja, Institut Agama Kristen Negeri Toraja
  • Hasrat Dewy Rante Allo Program Studi Musik Gereja, Institut Agama Kristen Negeri Toraja
  • Vangky Asyer Program Studi Musik Gereja, Institut Agama Kristen Negeri Toraja
  • Admadi Balloara Dase’ Program Studi Musik Gereja, Institut Agama Kristen Negeri Toraja
  • Stephani Intan Maritho Siallagan Program Studi Musik Gereja, Institut Agama Kristen Negeri Toraja
Keywords: fungsi, organology, pompang

Abstract

Fenomena saat ini di dalam masyarakat Toraja, minat generasi muda terhadap musik pompang mulai berkurang, bukan hanya minat tetapi pewarisan  dan pelestarian musik Pompang juga masih sangat minim. Fenomena tersebut membuat  kurangnya kajian literatur mengenai musik pompang di Toraja baik itu bentuk, fungsi, dan maknanya maka, artikel ini bertujuan untuk membahas tentang kajian organology musik pompang Toraja yang di dalamnya membahas bentuk, fungsi, dan makna pompang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang berfokus menjabarkan realitas sosial sesuai keadaan di lapangan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan organology. Data diperoleh langsung dari seorang maestro musik pompang yaitu Bapak Samuel Linggi yang dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan triangulasi. Teknik analisis data di lakukan dengan cara mereduksi data, penyajian data, dan  menarik  kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pompang merupakan salah satu alat musik tradisional yang ada di Toraja dan bukan musik etnik yang berbahan bambu khas Toraja. Pompang termasuk dalam kategori alat musik aerophone dan dimainkan secara ansambel. Alat musik ini terdiri dari tiga bagian utama yaitu 1) bambu ukuran besar yang berfungsi sebagai lubang resonansi; 2) bambu ukuran sedang berfungsi sebagai pengantar udara; 3) dan bambu ukuran kecil untuk meniup. Wilayah suara pompang terdiri dari fa rendah (F2) dan nada tertinggi adalah mi tinggi (E5). Secara fungsional pompang memiliki nilai estetika dan ekonomi. Dikatakan nilai estetika karena rangkaian nada yang dihasilkan pompang memberikan keindahan yang unik dan natural, sedangkkan nilai ekonomi berkaitan dengan eksistensi pompang yang dapat memberikan sumber pendapatan bagi pengrajin dan pemain musik pompang.

References

Astuti, E. S. R. and Y. S. 2017. “Identifikasi Keragaman Unsur Kebudayaan Di Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya.” Jurnal Pengabdian Siliwangi 3 No.2:241.

Graafland, N. (1987). Minahasa Masa Lalu Dan Masa Kini (Jakarta). Lembaga Perpustakaan Dokumentasi dan Informasi.

Hanriwibawa, Degi, Syakir Muharrar, and Dwi Budi Harto. 2017. “The Story of Charity Miracles as a Source of Inspiration in Comics.” Arty: Jurnal Seni Rupa 6 No.2:76–84.

Hartaya, S. K. (2020). Organologi Alat Musik Diatonis. Deepublish.

Hasman. (2011). Eksistensi Musik Bambu (BAS) dalam Kehidupan Masyrakat di Kecamatan Malua Kabupaten Enrekang [Skripsi]. Universitas Negeri Makassar.

Ihsan, A. (2022). Struktur Musikal Pompang: Suatu Kajian Bentuk Dan Komposisi Musik Tradisional Di Kabupaten Mamasa. Jurnal Imajinasi, 6 No.2, 144–153.

Ilham Triswanto, M. (2016). Musik Suling Pompang dalam Kehidupan Masyarakat Mamasa Sulawesi Barat [Skripsi]. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Karta. (2013). Transisi Seni Tradisi Toraja Sebagai Pengabdian Kepada Leluhur. Mudra, 28, 143–151.

Lakkad, S. C., & Patel, J. M. (2018). Mechanical Properties of Bamboo, a Natural Composite. Fibre Science and Technology, 14 No.4, 319–322.

Linggi, S. (2022, June 6). Wawancara [Personal communication].

Mamik. (2015). Metodologi Kualitatif. Sifatama.

Mansurdin. (2020). Pembudayaan Literasi Seni Di SD. Deepublish.

Maragan and Wadiyo. 2016. “Nilai-Nilai Yang Tertanam Pada Masyarakat Dalam Kegiatan Masamper Di Desa Laonggo.” Catharsis: Journal of Arts Education 5 No.1:48–54.

Muharrar, Syakir. 2016. “Seni Perbatikan Semarang : Tinjauan Analitik Prespektif Bourdieu Pada Praksis Arena Produksi Kultural.” Jurnal Imajinasi 10 No.2:121–32.

Nugraha, A. (2019). Angklung Tradisional Sunda: Intangible, Cultural Heritage of Humanity, Penerapannya Dan Pengkontribusiannya Terhadap Kelahiran Angklung Indonesia.

Nurdin, I., & Hartati, S. (2019). Metodologi Penelitian Sosial. Media Sahabat Cendekia.

Palelingan, D. (2022, Desember). Wawancara [Personal communication].

Palondongan, M. J. (2022, Agustus). Wawancara [Personal communication].

Plaisier, B., Kobong, T., & End, van den. (2016). Menjembatani jurang, menembus batas: Komunikasi Injil di wilayah Toraja, 1913-1942. BPK Gunung Mulia.

Rari, T. (2022, Desember). Wawancara [Personal communication].

Subiantoro, I. .. 2016. “Estetika, Seren Taun Antara Seni, Ritual, Dan Kehidupan.” Panggung 26 No.4.

Suwardi, A. (2019). Workshop Pembuatan Instrumen dan Penyusunan Musik Bambu untuk Peserta Festival Swara Deling 2015 di Surakarta. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 11 No.2, 86–107.

Vulpius, M. (2017). Musik Pa’ Pompang Sebagai Identitas Budaya Dalam Ibadah Di Gereja Toraja Jemaat Lamunan, Makale Tengah [Skripsi]. Universitas Kristen Satya Wacana.

Published
2023-11-24
How to Cite
Malino, S., Sambira, Z., Allo, H., Asyer, V., Dase’, A., & Siallagan, S. (2023). Kajian Organologi Musik Pompang Toraja: Bentuk, Fungsi, dan Makna. Tonika: Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Seni, 6(2), 87-105. https://doi.org/10.37368/tonika.v6i2.526

Most read articles by the same author(s)

Obs.: This plugin requires at least one statistics/report plugin to be enabled. If your statistics plugins provide more than one metric then please also select a main metric on the admin's site settings page and/or on the journal manager's settings pages.